Halo Guys....
gimana kabar nih kalian? pastinya selalu sehat kan? hehehe ya lah gw kan berharap lu pada sehat biar bisa ngunjungin blogger gw ._. *dilempar sendal*
mungkin lu, lu pada bertanya nih ko posting yang baru jadinya malah cerita?
iya, sebelumnya gw minta maaf banget gw belum bisa nepatin janji gw yang bakal ngasih tips-tips dan nyatanya gw belum bisa huhuhuhuh
dan sebagai gantinya gw masukan beberapa fanfiction karya gw pribadi loh ^o^
........
ok lah langsung saja daripada membuang waktu dan membuang kuota ._.
Enjoy, and happy reading ^^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dragon Nest Awakening
Author : NaaChan
Rate : PG-15
“ Fanfict ini hasil karyaku dan hanya dipublis di catatan FB saya bukan dipublis dimana-mana, jika ada tutur kata yang kurang menyenangkan dihati para pembaca saya minta maaf sebesar-besarnya “
*
“ Haaaa! “
Sebuah tekanan yang cukup besar itu dilepaskan oleh lelaki itu, dengan ditandai getaran yang hebat dan kini pijaran larva yang sangat panas pun keluar tepat kaki yang ia pijak. Alam pun mengakui bahwa lelaki itu memang bukan sembarang orang.
“ Da... dark avanger, ternyata rumor itu memang benar “
“ bodoh! Apa yang akan kau lakukan? Mengalahkannya? Jangan bercanda! “
“ dia hanya sendiri! Untuk apa takut pada bocah ingusan itu? “
“ kau mencari mautmu sendiri, lakukan sesukamu! Aku tidak ingin terlibat oleh ini “
Saat lelaki itu hendak berlari untuk menghindari pertarungannya, ia dikejutkan oleh kehadiran didepannya dan segera menghunuskan pedangnya dari tempatnya lalu menusukkan tepat dijantungnya lebih dalam dan lebih dalam perlahan tubuhnya semakin kaku dan lelaki itu pun harus kehilangan nyawa ditangannya. Ada rasa senang saat ia membunuh seseorang, itupun terlihat dari senyuman yang digambarkan sekarang di wajahnya. Melihat temannya terbunuh, Keringat pun mulai mengucur dengan deras di kepalanya disertai dengan getaranan pada kakinya, kini ia tidak dapet menyangkal lagi bahwa sekarang ia mulai merasa takut kepadanya. Saat itulah kedua kakinya mulai melangkah kebelakan dengan pelan berharap bahwa ia tidak akan menghabisinya.
“ kenapa buru-buru? Bukankah kau menginginkan jasadku? “
Perkataannya seakan petir yang menyambar disiang hari, ia terdiam sejenak dengan langkah yang pelan ia bisa mengetahui dengan sangat jelas. Saat itu ia mulai menghunuskan pedangnya yang tertancap dibadan temannya lalu berbalik kepadanya, dengan menunjukan senyumnya ia mulai melepaskan beberapa energy pada pedangnya kepadanya ( Dark Surffing ) energy tersebut hanya mengenai kedua tangannya.
“ ughh~~ “
“ kekekkeke~~~~ ada apa? “
Kembalilah ia melepaskannya ( Dark Surffing ) dan mengarahkan kepada kaki kirinya hingga membuat terjatuh karena kehilangan keseimbangannya. Lelaki itu hanya tertawa melihat mangsanya merasa tersiksa seperti itu baginya itu adalah kesenangannya sebelum ia membunuhnya.
“ hahahahahha~~~~ “
Dia melakukannya lagi, lagi, lagi, lagi, lagi dan lagi.
“ kumohon, bu..... bunuh...... bun.... uhlah..... akuu..... “
Ia tidak mendengarkan perkataannya, ia hanya terus menyiksanya namun kali ini sedikit agak kejam. Dengan menancapkan pedannya ditanah lalu mengesernya hingga mengenai jari tangan kirinya. Dengan sangat kejam ia mulai mengeser pedangnya dengan kuat hingga membuat korbannya kehilangan keempat jari tangan kirinya, dan hanya tersisa adalah jempolnya.
“ aghhhh!!!! “
Tidak hanya itu, kembali ia menancapkan pedangnya dipaha kirinya lalu mengeserkan pedangnya kearah luar hingga ia harus kehilangan kaki sebelah kirinya. Lelaki itu begitu menikmati Teriakan demi teriakannya, baginya sebuah jeritan rasa sakit adalah alunan syair yang indah untuk didengarkan . Setelah itu tangannya mulai menarik rambutnya dengan kasar lalu mengangkat keatas tanpa membuang waktu ia mulai mengayunkan pedangnya untuk memotong telinga kanannya.
“aghhh!!!! “
Jeritannya kembali terdengar, namun jeritan ini semakin keras karena baru saja ia kehilangan telinga kanannya. Tangannya yang masih menarik kuat rambutnya kini ia lepaskan untuk memberinya waktu beristirahat sejenak untuknya. ia membalikan badan korbannya dengan kaki kirinya, penampilannya berantakan dengan kehilangan jari tangan, telinga dan kakinya. Samar-samar ia hanya bisa melihat wajahnya dan ia pun mulai tersenyum dan mulai berbicara sesuatu kepadanya entah apa yang mereka bicarakan seketika wajah lelaki itu menjadi sangat serius mengdengarkan ucapannya
“ aku sudah bosan denganmu, karena kau terlalu banyak bicara “
Pedangnya kini menancap tepat ditengorokannya, ia pun mulai mengambil buku catatanya pada saku celanya dan menandakan seorang Barbarian dan Crusader sudah terbunuh olehnya, saat ia membuka lembar selanjutnya ia melihat lambang para penyihir api ( Pyromancer ) untuk ditargetkan selanjutnya. Baginya itu akan terasa sangat mudah dibandingkan sebelumnya segera ia memasukan catatan kecilnya kembali pada sakunya lalu jalan menuju desa terdekat ( Lotus Marsh ) untuk beristirahat sejenak.
Shugenza POV~
Kutukan ini akan selalu ada dalam hidupku.
“ permisi, ini makanannya “
“ ahh. letakkan saja di meja “
“ baik pak “
Setiap kali aku harus membersihkan pedang ini dari noda darah orang yang sudah kubunuh tadi, memang merepotkan tetapi jika tidak itu akan berakibat buruk pada pedangku. Lotus marsh, aku binggung termasuk dalam desa atau hutan atau rawa kah ini? Ah sudahlah aku tidak begitu memperdulikannya. Saat kucoba berdiri untuk meletakan pedangku, sesekali aku melihat keadaan diluar melalui jendela yang terbuka dikamar. Blacksmitch? Bertapa bodohnya mereka berani mempertaruhkan uangnya hanya untuk membeli sebuah proctetcor untuk melindungi senjatanya yang pada akhirnya akan dihancurkannya juga. Saat itu, saat kendak aku berbalik mataku tertuju pada salah satu wanita tersebut
“ Cantik juga, apakah dia tinggal disini? “
Ucap batinku yang terus saja melihatnya dari jendela kamar. Mataya yang masih tertuju kepadanya kini berbalik melihat sesuatu saat wanita itu mulai melirik ke atas tempat dia berada tanpa sengaja.
“ Bodoh apa yang ku lakukan, bukan berati aku harus terus menatapnya! “
Teriak batinku agar aku hanya fokus pada misinya. Namun sekali lagi, mataku mulai memberanikan untuk melirik sedikit kepadanya hanya untuk memastikan bahwa ia kembali melakukan aktifitasnya dan tidak sedang melihatku. Dan mulai sejak itu, aku mulai memperhatikannya kemanapun dia pergi dari atas sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar